Selasa, 21 Juli 2015

ILMU MA'RIFAT (Bahagian Pertama)



ILMU MA’RIFAT 1

لاا له الا الله محمد الرسول الله
معرفةالله
DISUSUN OLEH: USTAZ AHMAD HAITAMI BIN H. AINI BANJARMASIN (KALIMANTAN SELATAN)

DITULIS ULANG OLEH: MUNAWAR, SE. BIN TM (SERPONG BANTEN - 2007)

Inilah risalah dari warisan/peninggalan almarhum Bapak H. Abdul Hamid Ambalung Kabupaten Martapura Banjarmasin Kalimantan Selatan.
Bab ini menyatakan kesudahan ilmu orang Tahkik, tiada diperoleh lebih dari pada itu, walau anbiya sekalipun.
Pikirkan olehmu dan cari olehmu guru yang boleh menguraikannya, karena perkataan yang sedikit lebih besar faedahnya dari pada dunia serta isinya dan lebih keras dari pada batu dan lebih halus dari pada rambut, dan lebih tajam dari pada mata pedang.
Inilah ilmu syuhud namanya, yaitu : ilmu orang ahli sufi Radhiallahu ‘anhu.

Adapun yang menjadi Kalimah itu Kulit
Adapun yang menjadi Iman itu Hati
Adapun yang menjadi Makrifat itu Kehendak
Adapun yang menjadi Ilmu itu Nafas
Adapun yang menjadi Syorga itu Otak

Inilah kita jadikan satu Zat Allah Ta’ala, karena yang bernama hati itu putih, jadi tuhan kita itu nyata adanya. Sabda Nabi Muhammad :

Artinya : Janganlah kamu katakan ilmu hikmah itu kepada orang yang bukan ahlinya, maka zalim engkau dan jangan engkau cegah pula ahlinya, maka zalim engkau kepada mereka

Sabda Nabi Muhammad :
طلب علم فريضةعلى كل مسلم ومسلمة
Artinya : Menuntut ilmu itu fardhu (wajib) bagi tiap-tiap muslim laki-laki dan perempuan

Soal      : Mana asal ilmu itu ?
Jawab  : Asal ilmu itu ialah Al-Qur’an dan Hadits, dan jangan engkau menuntut selain itu.
Soal      : Mana asal agama itu, dan apakah yang dikatakan agama itu ?
Jawab  : Asal agama itu ialah Awaluddin Ma’rifatullah (اول الدين معرفةالله), artinya asal agama itu ialah mengenai Allah.

Adapun asal mengenal Allah itu ialah mengenal diri dan mengenal asal diri.
Adapun yang dikatakan agama itu ialah kumpulan dari Iman, Islam, Tauhid, Makrifat.
Adapun arti iman itu ialah percaya denagn sebenar-benarnya kepada Allah.
Dan arti islam itu menjunjung segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah.
Adapun arti Tauhid adalah mengesakan Zat Allah, Sifat Allah dan Af’al Allah.

Bagaimana mengesakan Zat Allah, mengesakan Sifat Allah, mengesakan Asma Allah, dan mengesakan Af’al Allah itu ?
Mengesakan Zat Allah, yaitu tiada yang maujud di dalam alam semesta ini, melainkan hanya Allah. Wujud Ghoirullah itu tiada hakikat baginya, hanya seperti wujud bayang-bayang jua adanya.
Adapun mengesakan sifat Allah itu adalah seperti tiada yang hidup, tiada yang mengetahui, tiada yang kuasa, tiada yang berkehendak, tiada yang mendengar, dan tiada yang melihat serta tiada yang berkata-kata, pada hakikatnya melainkan Allah Ta’ala jua.
Adapun sifat yang zohir pada makhluk itu adalah bayang-bayang sifat Tuhan pada hambanya, seperti wujud kita ini adalah bayang-bayang wujud Allah Ta’ala. Mustahil ada bayang- bayang dengan tiada yang punya wujud bayang-bayang, dan mustahil pula bergerak bayang-bayang dengan tiada gerak yang punya bayang-bayang, dan mustahil pula bercerai bayang-bayang dari yang punya bayang-bayang.
Bermula misal itu hanyalah untuk menghampirkan faham jua dan bahwasanya Allah itu maha suci dari segala misal.

Adapun mengesakan af’al Allah itu yaitu tiada yang empunya perbuatan didalam alam ini hanya Allah ta’ala jua, tiada perbuatan makhluk sebesar zarrah sekalipun dan jika sangkamu bahwa ada perbuatan makhluk dan ikhtiar makhluk maka jatuh pada syirik hukumnya.

Adapun Jahil Murakkab yaitu bersusun dua kejahilan, pertama jahil akan dirinya dan kedua jahil akan Tuhannya.

Soal      : mengenal diri itu kemana takluknya ?
Jawab  : adapun mengenal diri itu takluknya kepada mengenal akan Tuhan.
Soal      : mengenal Allah itu kemana takluknya ?
Jawab  : adapun mengenal Allah itu takluknya kepada membinasakan akan ujudnya, seperti sabda Nabi :
من عرف نفسه فقدعرف ربه ومن عرف نفسه فسد الجساد
artinya : Barang siapa mengenal akan dirinya, maka ia mengenal akan Tuhannya, dan brang siapa mengeanl akan Tuhannya maka binasalah ujud dirinya.

Soal      : siapa yang dikenal dan siapa yang mengenal?
Jawab  : Adapun  yang mengenal itulah yang dikenal dan yang dikenal itulah yang mengenal, seperti isyarat Nabi :

عرفت ربي بربي
artinya :  Aku mengenal akan Tuhanku dengan pengenalan Tuhanku jua.
Soal      : Apa artinya zat-Sifat-Asma dan Af’al itu ?
Jawab  : Adapun arti zat itu dirinya, dan arti sifat itu rupanya, dan arti Asma itu namanya, dan arti Af’al itu perbuatannya.
Soal      : Zat, Sifat, Asma, Af’al itu apa kepada kita ?
Jawab  : Adapun Zat itu Rahasia kepada kita, Sifat itu Nyawa kepada kita, Asma itu Hati kepada kita, Af’al itu Tubuh kepada kita.
Soal      : Berapa jalannya pada tubuh manusia ?
Jawab  : Yaitu 4 jalan, yakni : Pertama jalan Syari’at, kedua jalan Tarekat, ketiga jalan Hakikat, keempat jalan Ma’rifat.
Soal      : Syari’at itu apa kepada Rasulullah, Tarekat itu apa kepada Rasulullah, Hakikat itu apa kepada Rasulullah, dan Ma’rifat itu apa kepada Rasulullah ?
Jawab  : Adapun Syari’at itu perkataannya, Tarekat itu Jalannya, Hakikat itu Tempat kediamannya, Ma’rifat itu Kelakuannya, lengkap seluruhnya.

Soal      : Syari’at, Tarekat, Hakikat, dan Ma’rifat itu mana istananya ?
Jawab  : Syari’at itu istananya pada lidah, Tarikat itu istananya pada hati, Hakikatitu istananya pada Nyawa, Ma’rifat itu istananya pada lingkup seluruh badan.

Soal      : Syari’at, Tarikat, Hakikat, dan Ma’rifat itu dari apa ?
Jawab : Adapun Syari’at itu dari Tanah, Tarikat itu dari Air, Hakikat itu dari Angin, dan Ma’rifat itu dari Api.

Syari’at itu dari Tanah Badan Muhammad.
Tarikat itu dari Air Cahaya Nur Muhammad,
Hakikat itu dari Angin Nafas Muhammad,
dan Ma’rifat itu dari Api Penglihatan Muhammad.

Bermula awal Muhammad itu Nurani yaitu Nyawa kepada kita,
Akhir Muhammad itu Rohani yaitu Hati kepada kita,
Zahir Muhammad itu Insani yaitu Tubuh kepada kita,
Bathin Muhammad itu Rabbani yaitu Rahasia kepada kita.

Yang dikatakan Syari’at itu ialah Tubuh Rasulullah,
Tarikat itu ialah Hati Rasulullah,
Hakikat itu ialah Nyawa Rasulullah,
dan Ma’rifat itu ialah Rahasia Rasulullah.

Adapun makna Tubuh Rasulullah itu Rohani,
makna Hati Rasulullah itu Roh Rohani,
makna Nyawa Rasulullah itu Roh Idhafi,
dan makna Rahasia Rasulullah itu Roh Robbani yang sejatinya.

Adapun Syari’at itu hancur kepada Tarikat, dan Tarikat itu hancur kepada Hakikat, Hakikat itu hancur kepad NUR, itulah bayang-bayang Allah yang sebenarnya

Karena Syari’at itu adalah Af’al Allah, Tarikat itu adalah Asma Allah, Hakikat itu adalah Sifat Allah, dan Ma’rifat itu adalah Wujud Allah yang mutlak, maka sempurnalah jalan kita yaitu jalannya orang yang ARIFU BILLAH.

Adapun matinya orang Syari’at itu hancur, matinya orang Tarikat itu kurus kering, matinya orang Hakikat itu tidak dirusak, dan matinya orang Ma’rifat itu lenyap, kembali kepada mulanya. Inilah jalan mengenal diri yang hidup tidak mati.

Ketahui olehmu hai Tholib! (yang menuntut) bahwasanya tiada sempurna orang yang mengenal dirinya sebelum mengetahui asal dirinya dan yang mula-mula sekali dijadikan Allah, seperti kata Syekh Abdullah Ibnu Abbas : ” Ya junjunganku apa yang mula-mula sekali dijadikan Allah ” maka Nabi bersabda:
ان لله خلق قبل الأشياءنورنبيك
Artinya : bahwa Allah menjadikan dahulu dari segala manusia yaitu cahaya Nabimu

Maka nyatalah roh Nabi kita dijadikan Allah lebih dahulu dari yang lainnya dan dijadikan ia dari nur dzatnya seperti sabda Nabi:
ان لله خلق الروح النبي صلى الله عليه وسلم من ذاته
Artinya : bahwa Allah menjadikan roh Nabi SAW itu daripada NUR dzat-Nya

Kemudian Nabi bersabda :
اناابوالـأ رو اح ادم ابوالبشر
Artinya : Aku bapak segala roh dan Adam itu bapak segala manusia

Nyatalah pula bahwa segala batang tubuh manusia dijadikan Allah dari pada tanah sebagaimana firman Allah:
خلق الإ نسان من طين
Artimya : Aku jadikan insan (Adam) dari tanah

Adapun tanah itu dari air dan air dijadikan dari NUR Muhammad. Jadi nyatalah bahwa batang tubuh dan roh kita ini dari NUR Muhammad maka Muhammad jualah namanya, tiada lainnya karena tubuh kita yang kasar ini tidak dapat mengenal Allah melainkan dengan NUR Muhammad jua, karena itu dinamakan pohon Bustah yakni yang hampir pada wujudnya.

Barang siapa yang memisrakan Nur Muhammad dengan segala batang tubuh dan rohnya maka ia pun memisrakan akan tubuhnya maka janganlah engkau mengira bahwa segala perbuatan itu lain daripada Nur Muhammad, seperti penglihat, pendengar, pencium, perasa dan sebagainya hanyalah semata-mata karena Nur Muhammad, seperti firman Allah yang artinya:
Barang yang datang kepadamu itu daripada sisi Allah yaitu nur

Maka janganlah engkau berpindah dari makam nur itu, sama ada di dalam pekerjaan ibadat maupun pada pekerjaan lainnya, selain daripada pekerjaan maksiat.
Maka hendaklah engkau hakikatkan bahwasanya alam ini telah jadi daripada nur seperti firman Allah :
خلقتك لنفسي وخلقت كل شيئ لك

Artinya : Aku jadikan engkau ya Muhammad karena Aku dan Aku jadikan semesta alam ini karena engkau ya Muhammad

Bermula sebenar-benarnya diri itu nyawa, sebenar-benar nyawa itu nur Muhammad dan nur Muhammad itu adalah sifat yaitu sifat hayat dan bukan sifat hayyun tapi tiada lain.

Menurut sebagian ulama yang sebenar-benarnya diri itu roh, tatkala roh itu masuk pada tubuh nyawa namanya, tatkala ia keluar masuk nafas namanya dan tatkala ia berkehendak ikhtiar namanya dan tatkala ia ingin sesuatu nafsu namanya dan tatkala ia ingat sesuatu arif namanya, tatkala ia percaya akan sesuatu iman namanya, dan tatkala ia dapat memperbuat sesuatu akal namanya, dan pohon akal itu ialah ilmu, itulah sebenar-benarnya diri dan kepada itulah zahir Tuhan, seperti dalil berikut:
من عرف نفسه فقدعرف ربه
Artinya: Barang siapa mengenal akan dirinya, maka sesungguhnya mengenal ia akan Tuhannya

Bermula adapun mengenal diri itu atas tiga perkara:
Pertama           : hendaklah ia mengetahui akan asal dirinya,
Kedua              : hendaklah ia mematikan dirinya sebelum mati
Ketiga              : hendaklah diketahui SIR Allah dialam Ujud Insan ini.

Adapun mematikan diri itu adalah dengan perintah nabi Muhammad SAW dalam sabda beliau yang berbunyi :
موتواقبل ان تموتوا
Artinya: matikan dirimu terlebih dahulu sebelum datangnya mati pada dirimu
Adapun cara mematikan diri itu ialah seperti di’iktikadkannya, bahwa:
WALA QADIRUN, WALA MARIDUN, WALA HAYYUN, WALA ‘ALIMUN, WALA SAMI’UN, WALA BASHIRUN, WALA MUTAKALLIMUN.
Artinya: tiada yang kuasa, tiada yang berkehendak, tiada yang hidup, tiada yang mengetahui, tiada yang mendengar, tiada yang melihat, tiada yang berkata-kata hanya Allah sendiri pada hakikatnya.

Itulah cara mematikan diri, yang dimaksud dengan mati disini adalah mati dakwa dan mati ikhtiar.
Adapun Makrifat kita kepada Allah ada lima perkara :
1.      Makrifat kita kepada Wahdaniyah Allah, yaitu Esa sendirinya walau banyak sekalipun kezahirannya Esa juga.
2.      Makrifat kita Ta’din Allah, yaitu akan kebesaran Allah seperti menjadikan makhluk.
3.      Makrifat kita kepada anugerah Allah, anugerah lahir dan batin. Anugerah itu hendaklah dihantarkan kembali kepada yang punya hak, seperti firman Allah berikut ini :

فلا يظهرعلى غيبه احد الا لمن ارتض من الرسول
Artinya : Tiada aku anugerahkan rahasiaku itu kepada seseorang kecuali kepada orang yang aku ridhoi daripada rasul-Ku

4.      Makrifat kita akan Allah itu tiada baginya permulaan dan tiada baginya kesudahan
5.      Makrifat kita akan SIR Allah, dalam wujud insan, karena jikalau tiada diketahui niscaya senantiasa di dalam dosa. Sabda Nabi:
وجودك ذنب لاقياس له
Artinya : Bermula wujudmu atau adam itu dosa, tiada qiyas baginya

Walaupun dalam kebaktian sekalipun, karena kebaktian itu umpama jasad dengan roh. Demikian pula kebaktian itu tidak akan sempurna jika tiada dengan ilmu.

Mengetahui akan SIR Allah didalam ujud insan ialah seperti hadits qudsi yang  berbunyi:

الإ نسان سري وانا سره
Artinya: Adapun insan itu rahasiaku dan Aku rahasia insan itu

Adapun tingkat makrifat kepada Allah ada tiga yaitu:
1.      heibat, artinya heran akan hidayat Allah Ta’ala
2.      berjinak-jinakan, artinya selalau karam dalam musyahadah, muqarabah, tawajjuh
3.      malu, artinya ditiliknya akan kebesaran Allah Ta’ala itu sertanya hadir.

Dirasakannya bahwa segala sesuatu yang ada pada dirinya itu adalah keredhaannya Allah dan kesemuanya yang ada pada dirinya itu adalah haq Allah Ta’ala.

جسم انسان ونفسه وقلبه وروحه وسمعه وبصره ولسانه ويداه ورجله وكل اظهرت له لنفسي بنفسه لا هوالا انا ولاانا غيره
Artinya : Adapun tubuh manusia itu dan nafsunya dan hatinya dan pendengarannya dan penglihatannya dan lidahnya dan tangannya dan kakinya dan lainnya itu Aku nyatakan bag. diriKu dengan dirinya dan tiada insan itu lain dari pada Aku dan tiada Aku lain dari padanya

Demikian Allah ta’ala itu ada beserta kita, sebagaimana firman-Nya:

وهومعكم اينماكنتم وفي انفسكم افلاتبصرون
Artinya : Dan Dia Allah serta kamu dimana saja kamu berada dan di (Allah) ada didalam dirimu kenapa kamu tiada melihat
والله اقرب من حبل الوريد
Artinya: dan Allah lebih dekat kepadamu dari pada urat lehermu sendiri

Bermula adapun martabat tuhanmu itu tiga perkara:
Pertama Ahadiyah, kedua Wahdah, dan ketiga Wahidiyah itu Qadim lagi Tajalli/Azali.
1.      Alam Roh
2.      Alam Misyal
3.      Alam Ajsam
4.      Alam Insan
Keempat martabat ini semuanya baru dan semuanya itu adalah bayang-bayang dari pada martabat yang ketiga itu jua mustahil bergerak bayang-bayang dengan tiada yang empunya bayang-bayang, misal ini hendaklah engkau tanyakan kepada ahlinya agar sempurna kita mengenal diri, seperti kata Saidina Ali :
من نظر شيئ ما لم يرالله فيه فهو باطل
Artinya: barang siapa melihat kepada sesuatu tetapi tiada ia melihat Allah dalamnya, maka sia-sia penglihatannya

Karena yang dikatakan hakikat itu adalah satu. Adapun Makrifat ialah seperti kata Syekh Ahmad Wali Sembilan : ” Tiada buih melainkan ombak, tiada ombak melainkan laut, dan tiada laut melainkan air jua”.

Maka dengan misal ini, kita pandang tiada buih tiada ombak, tiada laut melainkan wujud air semuanya. Inilah ibarat zikir لاا له الاالله  maksudnya tiada yang maujud di dunia akhir hanya Allah.

Adapun rahasia Nyawa, Hati, dan Tubuh, maka rahasia itu terbuat di dalam tubuh dan tersembunyi di dalam nyawa. Rahasia hati, nyawa ketiganya itu maujud pada diri kita. Maka inilah misal, kita pandang badan menunjukkan nyawa, kita pandang nyawa menunjukkan rahasia. Dan manusia itu terdiri dari nyawa dan badan, inilah yang menerima rahasia, seperti kata :

الإ نسان سري وانا سره
Artinya : Insan itu rahasiaku dan Aku rahasianya

Bermula adapun Muhammad itu adalah sifat wahdah dan Tuhan itu satu jua, maka inilah hakikat kita yang sebenar-benarnya.
Adapun mengenal diri kita jika tiada diketahui akan asal diri dan hakikatnya, maka tiada sah pengenalannya, karena hakikat itu satu jua, meskipun banyak sekalipun kezahirannya tetap satu jua, seperti kata Arifu Billah :

Zat dengan empunya zat satu jua
Sifat dengan empunya sifat satu jua
Asma dengan yang punya asma satu jua
Af’al dengan yang empunya af’al satu jua

Dan yang empunya itu Tazalli pada diri kita, sebagaimana Hadits Qudsi berbunyi :

الإ نسان سري وسري صفا تي و صفا تي لاغيري
Artinya : Manusia itu rahasia-Ku dan rahasia itu sifat-Ku dan sifat itu tiada lain daripada Aku

4 komentar:

  1. Assalamualaikum wr. wb

    pa ustad saya mohon ijin untuk mengcopy artikelnya, sebelumnya saya mempunyai buku ini tapi sudah cukup berumur tulisan sudah buram dan agak kabur, terima kasih

    BalasHapus
  2. Mohon maaf mau tanya, apa arti dari misra pada kata : siapa yang memisrakan nur Muhammad dengan segala batang tubuh dst

    Terimakasih

    BalasHapus
  3. Assalamualaikum Mohon ma,af sebelumnya,saya ingin tanya bagian ketiga nya ko tidak ada

    BalasHapus
  4. Assalamualaikum boleh ulun minta foto ustadz Ahmad haitami bin H aini mun pian ada, ulun dari kalimantan selatan mohon maaf sebelum terima kasih wasalam.

    BalasHapus

INFO PENDAFTARAN SANTRI BARU (PPDB) PESANTREN TEI MULTAZAM

INFO PENDAFTARAN SANTRI BARU PPDB PESANTREN TEI MULTAZAM  Tahun Pelajaran 2025/2026 Berikut link Info Pendaftaran Santri Baru Pesantren Tahf...