ILMU MA’RIFAT 1
لاا له الا الله محمد الرسول
الله
معرفةالله
DISUSUN OLEH: USTAZ AHMAD
HAITAMI BIN H. AINI BANJARMASIN (KALIMANTAN SELATAN)
DITULIS ULANG OLEH: MUNAWAR, SE. BIN TM (SERPONG BANTEN - 2007)
Inilah risalah dari
warisan/peninggalan almarhum Bapak H. Abdul Hamid Ambalung Kabupaten Martapura
Banjarmasin Kalimantan Selatan.
Bab ini menyatakan
kesudahan ilmu orang Tahkik, tiada diperoleh lebih dari pada itu, walau anbiya
sekalipun.
Pikirkan olehmu dan
cari olehmu guru yang boleh menguraikannya, karena perkataan yang sedikit lebih
besar faedahnya dari pada dunia serta isinya dan lebih keras dari pada batu dan
lebih halus dari pada rambut, dan lebih tajam dari pada mata pedang.
Inilah ilmu syuhud
namanya, yaitu : ilmu orang ahli sufi Radhiallahu ‘anhu.
Adapun
yang menjadi Kalimah itu Kulit
Adapun
yang menjadi Iman itu Hati
Adapun
yang menjadi Makrifat itu Kehendak
Adapun
yang menjadi Ilmu itu Nafas
Adapun
yang menjadi Syorga itu Otak
Inilah kita jadikan
satu Zat Allah Ta’ala, karena yang bernama hati itu putih, jadi tuhan kita itu
nyata adanya. Sabda Nabi Muhammad :
Artinya : Janganlah
kamu katakan ilmu hikmah itu kepada orang yang bukan ahlinya, maka zalim engkau
dan jangan engkau cegah pula ahlinya, maka zalim engkau kepada mereka
Sabda Nabi Muhammad
:
طلب علم فريضةعلى كل مسلم ومسلمة
Artinya : Menuntut
ilmu itu fardhu (wajib) bagi tiap-tiap muslim laki-laki dan perempuan
Soal : Mana asal ilmu itu ?
Jawab : Asal ilmu itu ialah Al-Qur’an dan Hadits,
dan jangan engkau menuntut selain itu.
Soal : Mana asal agama itu, dan apakah yang
dikatakan agama itu ?
Jawab : Asal agama itu ialah Awaluddin
Ma’rifatullah (اول الدين معرفةالله), artinya asal agama itu ialah mengenai Allah.
Adapun asal mengenal
Allah itu ialah mengenal diri dan mengenal asal diri.
Adapun yang
dikatakan agama itu ialah kumpulan dari Iman, Islam, Tauhid, Makrifat.
Adapun arti iman itu
ialah percaya denagn sebenar-benarnya kepada Allah.
Dan arti islam itu
menjunjung segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah.
Adapun arti Tauhid
adalah mengesakan Zat Allah, Sifat Allah dan Af’al Allah.
Bagaimana mengesakan
Zat Allah, mengesakan Sifat Allah, mengesakan Asma Allah, dan mengesakan Af’al
Allah itu ?
Mengesakan Zat
Allah, yaitu tiada yang maujud di dalam alam semesta ini, melainkan hanya
Allah. Wujud Ghoirullah itu tiada hakikat baginya, hanya seperti wujud
bayang-bayang jua adanya.
Adapun mengesakan
sifat Allah itu adalah seperti tiada yang hidup, tiada yang mengetahui, tiada yang
kuasa, tiada yang berkehendak, tiada yang mendengar, dan tiada yang melihat
serta tiada yang berkata-kata, pada hakikatnya melainkan Allah Ta’ala jua.
Adapun sifat yang
zohir pada makhluk itu adalah bayang-bayang sifat Tuhan pada hambanya, seperti
wujud kita ini adalah bayang-bayang wujud Allah Ta’ala. Mustahil ada bayang-
bayang dengan tiada yang punya wujud bayang-bayang, dan mustahil pula bergerak
bayang-bayang dengan tiada gerak yang punya bayang-bayang, dan mustahil pula
bercerai bayang-bayang dari yang punya bayang-bayang.
Bermula misal itu
hanyalah untuk menghampirkan faham jua dan bahwasanya Allah itu maha suci dari
segala misal.
Adapun mengesakan af’al Allah itu yaitu tiada yang empunya
perbuatan didalam alam ini hanya Allah ta’ala jua, tiada perbuatan makhluk
sebesar zarrah sekalipun dan jika sangkamu bahwa ada perbuatan makhluk dan
ikhtiar makhluk maka jatuh pada syirik hukumnya.
Adapun Jahil Murakkab yaitu bersusun dua
kejahilan, pertama jahil akan dirinya dan kedua jahil akan Tuhannya.
Soal : mengenal diri itu kemana takluknya ?
Jawab : adapun mengenal diri itu takluknya kepada
mengenal akan Tuhan.
Soal : mengenal Allah itu kemana takluknya ?
Jawab : adapun mengenal Allah itu takluknya kepada
membinasakan akan ujudnya, seperti sabda Nabi :
من عرف نفسه فقدعرف ربه ومن عرف نفسه فسد الجساد
artinya : Barang
siapa mengenal akan dirinya, maka ia mengenal akan Tuhannya, dan brang siapa
mengeanl akan Tuhannya maka binasalah ujud dirinya.
Soal : siapa yang dikenal dan siapa yang
mengenal?
Jawab : Adapun
yang mengenal itulah yang dikenal dan yang dikenal itulah yang mengenal,
seperti isyarat Nabi :
عرفت ربي بربي
artinya : Aku mengenal akan Tuhanku dengan pengenalan
Tuhanku jua.
Soal : Apa artinya zat-Sifat-Asma dan Af’al itu
?
Jawab : Adapun arti zat itu dirinya, dan arti sifat
itu rupanya, dan arti Asma itu namanya, dan arti Af’al itu perbuatannya.
Soal : Zat, Sifat, Asma, Af’al itu apa kepada
kita ?
Jawab : Adapun Zat itu Rahasia kepada kita, Sifat
itu Nyawa kepada kita, Asma itu Hati kepada kita, Af’al itu Tubuh kepada kita.
Soal : Berapa jalannya pada tubuh manusia ?
Jawab : Yaitu 4 jalan, yakni : Pertama jalan
Syari’at, kedua jalan Tarekat, ketiga jalan Hakikat, keempat jalan Ma’rifat.
Soal : Syari’at itu apa kepada Rasulullah,
Tarekat itu apa kepada Rasulullah, Hakikat itu apa kepada Rasulullah, dan
Ma’rifat itu apa kepada Rasulullah ?
Jawab : Adapun Syari’at itu perkataannya, Tarekat
itu Jalannya, Hakikat itu Tempat kediamannya, Ma’rifat itu Kelakuannya, lengkap
seluruhnya.
Soal : Syari’at, Tarekat, Hakikat, dan Ma’rifat
itu mana istananya ?
Jawab : Syari’at itu istananya pada lidah, Tarikat
itu istananya pada hati, Hakikatitu istananya pada Nyawa, Ma’rifat itu
istananya pada lingkup seluruh badan.
Soal : Syari’at, Tarikat, Hakikat, dan Ma’rifat
itu dari apa ?
Jawab : Adapun
Syari’at itu dari Tanah, Tarikat itu dari Air, Hakikat itu dari Angin, dan
Ma’rifat itu dari Api.
Syari’at
itu dari Tanah Badan Muhammad.
Tarikat
itu dari Air Cahaya Nur Muhammad,
Hakikat
itu dari Angin Nafas Muhammad,
dan
Ma’rifat itu dari Api Penglihatan Muhammad.
Bermula
awal Muhammad itu Nurani yaitu Nyawa kepada kita,
Akhir
Muhammad itu Rohani yaitu Hati kepada kita,
Zahir
Muhammad itu Insani yaitu Tubuh kepada kita,
Bathin
Muhammad itu Rabbani yaitu Rahasia kepada kita.
Yang
dikatakan Syari’at itu ialah Tubuh Rasulullah,
Tarikat
itu ialah Hati Rasulullah,
Hakikat
itu ialah Nyawa Rasulullah,
dan
Ma’rifat itu ialah Rahasia Rasulullah.
Adapun
makna Tubuh Rasulullah itu Rohani,
makna
Hati Rasulullah itu Roh Rohani,
makna
Nyawa Rasulullah itu Roh Idhafi,
dan
makna Rahasia Rasulullah itu Roh Robbani yang sejatinya.
Adapun Syari’at itu
hancur kepada Tarikat, dan Tarikat itu hancur kepada Hakikat, Hakikat itu
hancur kepad NUR, itulah bayang-bayang Allah yang sebenarnya
Karena Syari’at itu
adalah Af’al Allah, Tarikat itu adalah Asma Allah, Hakikat itu adalah Sifat
Allah, dan Ma’rifat itu adalah Wujud Allah yang mutlak, maka sempurnalah jalan
kita yaitu jalannya orang yang ARIFU BILLAH.
Adapun matinya orang
Syari’at itu hancur, matinya orang Tarikat itu kurus kering, matinya orang
Hakikat itu tidak dirusak, dan matinya orang Ma’rifat itu lenyap, kembali
kepada mulanya. Inilah jalan mengenal diri yang hidup tidak mati.
Ketahui olehmu hai
Tholib! (yang menuntut) bahwasanya tiada sempurna orang yang mengenal dirinya
sebelum mengetahui asal dirinya dan yang mula-mula sekali dijadikan Allah,
seperti kata Syekh Abdullah Ibnu Abbas : ” Ya junjunganku apa yang mula-mula
sekali dijadikan Allah ” maka Nabi bersabda:
ان لله خلق قبل الأشياءنورنبيك
Artinya : bahwa Allah menjadikan dahulu dari segala
manusia yaitu cahaya Nabimu
Maka nyatalah roh
Nabi kita dijadikan Allah lebih dahulu dari yang lainnya dan dijadikan ia dari
nur dzatnya seperti sabda Nabi:
ان لله خلق الروح النبي صلى الله عليه وسلم من ذاته
Artinya : bahwa Allah
menjadikan roh Nabi SAW itu daripada NUR dzat-Nya
Kemudian Nabi
bersabda :
اناابوالـأ رو اح ادم ابوالبشر
Artinya : Aku
bapak segala roh dan Adam itu bapak segala manusia
Nyatalah pula bahwa segala batang tubuh
manusia dijadikan Allah dari pada tanah sebagaimana firman Allah:
خلق الإ نسان من طين
Artimya : Aku
jadikan insan (Adam) dari tanah
Adapun tanah itu
dari air dan air dijadikan dari NUR Muhammad. Jadi nyatalah bahwa batang tubuh
dan roh kita ini dari NUR Muhammad maka Muhammad jualah namanya, tiada lainnya
karena tubuh kita yang kasar ini tidak dapat mengenal Allah melainkan dengan
NUR Muhammad jua, karena itu dinamakan pohon Bustah yakni yang hampir pada
wujudnya.
Barang siapa yang
memisrakan Nur Muhammad dengan segala batang tubuh dan rohnya maka ia pun
memisrakan akan tubuhnya maka janganlah engkau mengira bahwa segala perbuatan
itu lain daripada Nur Muhammad, seperti penglihat, pendengar, pencium, perasa
dan sebagainya hanyalah semata-mata karena Nur Muhammad, seperti firman Allah
yang artinya:
”Barang
yang datang kepadamu itu daripada sisi Allah yaitu nur”
Maka janganlah
engkau berpindah dari makam nur itu, sama ada di dalam pekerjaan ibadat maupun
pada pekerjaan lainnya, selain daripada pekerjaan maksiat.
Maka hendaklah
engkau hakikatkan bahwasanya alam ini telah jadi daripada nur seperti firman
Allah :
خلقتك لنفسي وخلقت كل شيئ لك
Artinya : Aku
jadikan engkau ya Muhammad karena Aku dan Aku jadikan semesta alam ini karena
engkau ya Muhammad
Bermula
sebenar-benarnya diri itu nyawa, sebenar-benar nyawa itu nur Muhammad dan nur
Muhammad itu adalah sifat yaitu sifat hayat dan bukan sifat hayyun tapi tiada
lain.
Menurut sebagian
ulama yang sebenar-benarnya diri itu roh, tatkala roh itu masuk pada tubuh
nyawa namanya, tatkala ia keluar masuk nafas namanya dan tatkala ia berkehendak
ikhtiar namanya dan tatkala ia ingin sesuatu nafsu namanya dan tatkala ia ingat
sesuatu arif namanya, tatkala ia percaya akan sesuatu iman namanya, dan tatkala
ia dapat memperbuat sesuatu akal namanya, dan pohon akal itu ialah ilmu, itulah
sebenar-benarnya diri dan kepada itulah zahir Tuhan, seperti dalil berikut:
من عرف نفسه فقدعرف ربه
Artinya: Barang
siapa mengenal akan dirinya, maka sesungguhnya mengenal ia akan Tuhannya
Bermula adapun
mengenal diri itu atas tiga perkara:
Pertama : hendaklah ia mengetahui akan asal
dirinya,
Kedua :
hendaklah ia mematikan dirinya sebelum mati
Ketiga : hendaklah diketahui SIR Allah
dialam Ujud Insan ini.
Adapun mematikan
diri itu adalah dengan perintah nabi Muhammad SAW dalam sabda beliau yang
berbunyi :
موتواقبل ان تموتوا
Artinya: matikan
dirimu terlebih dahulu sebelum datangnya mati pada dirimu
Adapun cara
mematikan diri itu ialah seperti di’iktikadkannya, bahwa:
WALA QADIRUN, WALA MARIDUN, WALA HAYYUN, WALA ‘ALIMUN,
WALA SAMI’UN, WALA BASHIRUN, WALA MUTAKALLIMUN.
Artinya: tiada yang
kuasa, tiada yang berkehendak, tiada yang hidup, tiada yang mengetahui, tiada
yang mendengar, tiada yang melihat, tiada yang berkata-kata hanya Allah sendiri
pada hakikatnya.
Itulah cara
mematikan diri, yang dimaksud dengan mati disini adalah mati dakwa dan mati
ikhtiar.
Adapun Makrifat kita
kepada Allah ada lima perkara :
1.
Makrifat
kita kepada Wahdaniyah Allah, yaitu Esa sendirinya walau banyak sekalipun
kezahirannya Esa juga.
2.
Makrifat
kita Ta’din Allah, yaitu akan kebesaran Allah seperti menjadikan makhluk.
3.
Makrifat
kita kepada anugerah Allah, anugerah lahir dan batin. Anugerah itu hendaklah
dihantarkan kembali kepada yang punya hak, seperti firman Allah berikut ini :
فلا يظهرعلى غيبه احد الا لمن ارتض من الرسول
Artinya
: Tiada aku anugerahkan rahasiaku itu kepada seseorang kecuali kepada orang
yang aku ridhoi daripada rasul-Ku
4.
Makrifat
kita akan Allah itu tiada baginya permulaan dan tiada baginya kesudahan
5.
Makrifat
kita akan SIR Allah, dalam wujud insan, karena jikalau tiada diketahui niscaya
senantiasa di dalam dosa. Sabda Nabi:
وجودك ذنب لاقياس له
Artinya : Bermula wujudmu atau adam itu dosa, tiada qiyas baginya
Walaupun dalam
kebaktian sekalipun, karena kebaktian itu umpama jasad dengan roh. Demikian
pula kebaktian itu tidak akan sempurna jika tiada dengan ilmu.
Mengetahui akan SIR
Allah didalam ujud insan ialah seperti hadits qudsi yang berbunyi:
الإ نسان سري وانا سره
Artinya: Adapun insan
itu rahasiaku dan Aku rahasia insan itu
Adapun tingkat
makrifat kepada Allah ada tiga yaitu:
1.
heibat,
artinya heran akan hidayat Allah Ta’ala
2.
berjinak-jinakan,
artinya selalau karam dalam musyahadah, muqarabah, tawajjuh
3.
malu,
artinya ditiliknya akan kebesaran Allah Ta’ala itu sertanya hadir.
Dirasakannya bahwa
segala sesuatu yang ada pada dirinya itu adalah keredhaannya Allah dan
kesemuanya yang ada pada dirinya itu adalah haq Allah Ta’ala.
جسم انسان ونفسه وقلبه وروحه وسمعه
وبصره ولسانه ويداه ورجله وكل اظهرت له لنفسي بنفسه لا هوالا انا ولاانا غيره
Artinya : Adapun
tubuh manusia itu dan nafsunya dan hatinya dan pendengarannya dan
penglihatannya dan lidahnya dan tangannya dan kakinya dan lainnya itu Aku
nyatakan bag. diriKu dengan dirinya dan tiada insan itu lain dari pada Aku dan
tiada Aku lain dari padanya
Demikian Allah
ta’ala itu ada beserta kita, sebagaimana firman-Nya:
وهومعكم اينماكنتم وفي
انفسكم افلاتبصرون
Artinya : Dan Dia
Allah serta kamu dimana saja kamu berada dan di (Allah) ada didalam dirimu
kenapa kamu tiada melihat
والله اقرب من حبل الوريد
Artinya: dan
Allah lebih dekat kepadamu dari pada urat lehermu sendiri
Bermula adapun
martabat tuhanmu itu tiga perkara:
Pertama Ahadiyah, kedua
Wahdah, dan ketiga Wahidiyah itu Qadim lagi Tajalli/Azali.
1.
Alam
Roh
2.
Alam
Misyal
3.
Alam
Ajsam
4.
Alam
Insan
Keempat martabat ini
semuanya baru dan semuanya itu adalah bayang-bayang dari pada martabat yang
ketiga itu jua mustahil bergerak bayang-bayang dengan tiada yang empunya
bayang-bayang, misal ini hendaklah engkau tanyakan kepada ahlinya agar sempurna
kita mengenal diri, seperti kata Saidina Ali :
من نظر شيئ ما لم يرالله
فيه فهو باطل
Artinya: barang
siapa melihat kepada sesuatu tetapi tiada ia melihat Allah dalamnya, maka
sia-sia penglihatannya
Karena yang
dikatakan hakikat itu adalah satu. Adapun Makrifat ialah seperti kata Syekh
Ahmad Wali Sembilan : ” Tiada buih melainkan ombak, tiada ombak melainkan laut,
dan tiada laut melainkan air jua”.
Maka dengan misal
ini, kita pandang tiada buih tiada ombak, tiada laut melainkan wujud air
semuanya. Inilah ibarat zikir لاا له الاالله maksudnya tiada yang maujud di dunia akhir hanya Allah.
Adapun rahasia
Nyawa, Hati, dan Tubuh, maka rahasia itu terbuat di dalam tubuh dan tersembunyi
di dalam nyawa. Rahasia hati, nyawa ketiganya itu maujud pada diri kita. Maka
inilah misal, kita pandang badan menunjukkan nyawa, kita pandang nyawa
menunjukkan rahasia. Dan manusia itu terdiri dari nyawa dan badan, inilah yang
menerima rahasia, seperti kata :
الإ نسان سري وانا سره
Artinya : Insan
itu rahasiaku dan Aku rahasianya
Bermula adapun
Muhammad itu adalah sifat wahdah dan Tuhan itu satu jua, maka inilah hakikat
kita yang sebenar-benarnya.
Adapun mengenal diri
kita jika tiada diketahui akan asal diri dan hakikatnya, maka tiada sah
pengenalannya, karena hakikat itu satu jua, meskipun banyak sekalipun
kezahirannya tetap satu jua, seperti kata Arifu Billah :
Zat dengan empunya
zat satu jua
Sifat dengan empunya
sifat satu jua
Asma dengan yang
punya asma satu jua
Af’al dengan yang
empunya af’al satu jua
Dan yang empunya itu
Tazalli pada diri kita, sebagaimana Hadits Qudsi berbunyi :
الإ نسان سري وسري صفا
تي و صفا تي لاغيري
Artinya : Manusia
itu rahasia-Ku dan rahasia itu sifat-Ku dan sifat itu tiada lain daripada Aku
Assalamualaikum wr. wb
BalasHapuspa ustad saya mohon ijin untuk mengcopy artikelnya, sebelumnya saya mempunyai buku ini tapi sudah cukup berumur tulisan sudah buram dan agak kabur, terima kasih
Mohon maaf mau tanya, apa arti dari misra pada kata : siapa yang memisrakan nur Muhammad dengan segala batang tubuh dst
BalasHapusTerimakasih
Assalamualaikum Mohon ma,af sebelumnya,saya ingin tanya bagian ketiga nya ko tidak ada
BalasHapusAssalamualaikum boleh ulun minta foto ustadz Ahmad haitami bin H aini mun pian ada, ulun dari kalimantan selatan mohon maaf sebelum terima kasih wasalam.
BalasHapus