Minggu, 19 Juli 2015

Pesan untuk Pemuda



Bacalah, dan amalkanlah !!

A. Manfaat dunia bagi orang yang beriman ditandai dengan:

  1. Seberapa banyak manusia yang telah diajak untuk kembali ingat, bahwa dia telah bersaksi dirahim ibunya disaat menyatakan Allah itu Ahad (Q.S. Al A`raf ayat 172) Artinya: dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"

  1. Seberapa banyak manusia yang diajak untuk kembali ingat, bahwa dia adalah hamba Allah dan dilahirkan kebumi hanya sebagai pengabdi kepada Allah SWT (QS.Azzariat ayat 56)  
Artinya:dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

  1. Seberapa banyak manusia yang telah diajak untuk menyatukan hati dan perasaannya, setiap kali mengucapkan Allahu Akbar (Q.S. Al Hadid ayat 1)  
Artinya: semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.


B. Fungsi Indera
Renungankan, fikirkan dan lakukanlah selama hayat masih dikandung badan:

  1. Gunakanlah HATI UNTUK MEMAHAMI AYAT-AYAT ALLAH
  2. Gunakanlah MATA UNTUK MELIHAT KEBESARAN/KEKUASAAN ALLAH
  3. Pakailah TELINGA UNTUK MENDENGAR KEAGUNGAN AYAT-AYAT ALLAH
  4. Jadikanlahlah MULUT UNTUK MENIKMATI RAHMAT ALLAH
  5. PERGUNAKAN AKAL UNTUK MEMIKIRKAN ADANYA ALLAH
  6. GERAKANLAH LIDAH untuk meraih kasih dan sayang ALLAH

Jadikan dunia (bumi ini) sebagai alat perjuangan sehingga kita hanya menggunakan indera untuk meraih cinta Allah SWT. Mudah-mudahan pesan singkat ini bisa menjadi p[i]enyejuk dan penawar hati sanak famili semuanya.

Selamat berjuang, selamat bekerja untuk mencari nafkah, marilah kita satukan niat, karena nilai setiap amal perbuatan tergantung pada niat, maka berniatlah bahwa semua yang kita lakukan hanya dalam usaha mencari Ridha Allah SWT. Sehingga apapun hasil dari usaha itu akan membuat kita sabar, dikala berhasil (beruntung) kita bersyukur dan dikala gagal (merugi) pasrah kepada taqdir Allah SWT.


Munawar, Surau Cubadak Sungai Asam Sicincin Pariaman Sumatera Barat

Seperti Apakah Orang yang Benar Itu?



Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk hidup sebagai orang yang teguh dan ikhlas kepada Allah dalam agama mereka. Itulah sebagian tanda orang yang benar, karena orang yang benar itu selalu :
1.      Ingin mendapatkan ridha Allah SWT. Dalam perbuatan dan ibadahnya, seorang mukmin sejati tidak pernah berusaha untuk mendapatkan cinta, kepuasan, penghargaan, perhatian, dan pujian dari siapa pun kecuali Allah. Adanya keinginan untuk mendapatkan semua itu dari manusia adalah tanda bahwa ia gagal menghadapkan wajahnya kepada Allah dengan keikhlasan dan kesucian. Dalam kenyataan, kita sering menemukan orang yang “melakukan perbuatan-perbuatan baik atau melakukan ibadah untuk tujuan-tujuan lain selain mendapatkan keridhaan Allah”. Sebagai contoh, ada orang yang menyombongkan diri karena menolong kaum miskin atau bermaksud mendapatkan kehormatan saat ia melakukan perintah agama yang penting, seperti shalat. Orang-orang yang mendirikan shalat, melakukan kebaikan supaya terlihat, disebutkan di dalam Al-Qur`an, surat Al Baqarah (2) ayat 264. Pada hari pembalasan, setiap orang akan berdiri sendiri di hadapan Allah dan ditanyai atas setiap perbuatannya. Pada hari itu, keimanan, kesalehan, keikhlasan, dan kepatuhan akan memainkan peran yang penting. Nabi Muhammad saw. mengingatkan orang-orang beriman akan pentingnya keikhlasan, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan An-Nasa'i dari Abu Hurairah yang berbunyi : “Allah menerima perbuatan yang dilakukan secara murni karena Allah dan bertujuan untuk mencari keridhaan-Nya.”
2.      Berpaling kepada Allah dengan Penyesalan  dan Keikhlasan dalam Niat dan Perbuatan. Berpaling kepada Allah dengan pengabdian sepenuh hati berarti mencintai-Nya dengan sebenar-benar cinta, sehingga seseorang tidak dapat menjauh dari keimanan, pengabdian, dan kesetiaan dalam kondisi apa pun, dan memiliki rasa takut kepada-Nya dan hati-hati menjaga agar tidak kehilangan keridhaan-Nya. Dengan demikian, setiap orang yang beriman dan tunduk patuh kepada Allah akan mendirikan shalat dan mengerjakan amalan lainnya untuk mendapatkan keridhaan-Nya. Sebagai kesimpulan dalam hal ini, yang merupakan dasar penyucian diri, seorang mukmin sejati adalah, “Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka....” (Hud [11]: 23).
3.        Percaya kepada Allah dengan Menunjukkan Pengabdian yang Tinggi. Orang-orang yang beriman yang mencapai tingkat kesucian yang didefinisikan dalam Al-Qur`an, yakin kepada Allah “dengan menunjukkan rasa khidmat yang mendalam”. Ini berarti mereka mengerti akan kebesaran dan kekuatan Allah. Karenanya, ia merasakan cinta yang mendalam, pengabdian yang murni, dan rasa takut, dengan tidak pernah meninggalkan kesempatan untuk mendapatkan keridhaan-Nya demi keuntungan duniawi. Keikhlasan adalah mengetahui bahwa tidak ada keuntungan duniawi, kecil ataupun besar, yang dapat menjadi lebih penting daripada mendapatkan ridha dan menjalankan perintah-Nya. Di dalam Al-Qur`an surat Ali Imran (3) ayat 199, kualitas orang-orang yang benar itu dijelaskan sebagai berikut.“... mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit....” (Ali Imran [3]: 199).
4.        Patuh Mengabdi kepada Allah. Keikhlasan sejati membutuhkan ketundukan dengan penyerahan total kepada Allah. Akan tetapi, ketundukan ini haruslah tidak bersyarat. Seseorang yang ridha kepada ketentuan Allah, tetapi hanya bersyukur dan berserah diri kepada Allah dalam kondisi tertentu saja, tidak dapat dikatakan berserah diri jika ia menjadi pemberontak dan tidak patuh saat kondisinya berubah. Sebagai contoh, orang yang memiliki hubungan bisnis yang baik dan mendapatkan sejumlah uang. Ia sering kali mengatakan bahwa Allahlah yang mengizinkan kondisi kekayaan dan keberuntungannya. Tetapi saat segalanya memburuk, ia tiba-tiba berbalik dan melupakan kepatuhannya kepada Allah. Sifatnya tiba-tiba berubah dan ia mulai mengeluh terus-menerus dan mengatakan bahwa ia adalah orang yang baik, bahwa ia tidak seharusnya mendapat musibah, dan ia tidak mengerti sama sekali mengapa segalanya terjadi demikian buruk. Ia bahkan melewati batas dan mulai menyalahkan Allah dengan melupakan bahwa takdir selalu berjalan sesuai dengan apa yang terbaik. Ia mungkin saja bertanya-tanya pada dirinya akan pertanyaan yang tidak ada hubungannya, seperti: mengapa segala sesuatunya berjalan seperti ini? mengapa semua ini terjadi pada saya? “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan dia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangannya.” (an-Nisaa` [4]: 125).
5.         Berpaling kepada Allah Tak Hanya di Saat Sulit, tetapi dalam Setiap Detik Kehidupan. Orang-orang yang suci hatinya, mereka berpaling kepada Allah dengan hati yang terbuka, tak ada perbedaan di dalam sikap dan tingkah laku mereka, baik di waktu sulit maupun lapang. Hal ini karena mereka menyadari sepenuhnya akan kekuatan absolut Allah. Mereka selalu hidup dengan rasa takut dan mengabdi kepada Allah dengan pengabdian sepenuh hati yang tak terbagi. Allah menyatakan bahwa di hari akhir nanti, tidaklah sama balasannya antara orang-orang yang berbuat sesuatu dengan tulus hanya saat mereka menghadapi kesulitan dan orang-orang menyucikan dirinya serta berjuang sepanjang hidup mereka. Mukmin sejati akan dibalas dengan surga, sedangkan yang lainnya akan dihukum dengan neraka. Ayat berikut terkait dengan hal ini. “Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah di akan kemudharatan yang pernah dia berdo’a (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah, “Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka.’ (Apakah kamu, hai orang musyrik, yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya, orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (az-Zumar [39]: 8-9).
6.    Tidak Pernah Enggan dalam Mengabdi dan Beribadah kepada Allah. Allah menggambarkan balasan yang menanti di hari akhir atas sikap tersebut dan Dia menghadirkan para malaikat sebagai contoh bagi manusia, “Almasih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). Barangsiapa yang enggan dari menyembah-Nya dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya.” (an-Nisaa` [4]: 172). Sebagaimana disebutkan di dalam ayat ini, salah satu ciri keikhlasan dan kebajikan adalah dengan tidak pernah merasa enggan dalam mengabdi dan beribadah kepada Allah. Orang-orang beriman selalu ingin beribadah kepada Allah dalam situasi apa pun. Karena itulah, mereka tidak pernah kehilangan semangat, sekalipun mereka dipaksa untuk mengorbankan hidup dan kekayaan mereka atau menghadapi kesulitan dan kedukaan.
7.      Keikhlasan Perlu Dimurnikan. Salah satu ciri yang paling penting yang ada pada diri mukmin yang sejati dan ikhlas adalah bahwa ia dengan tulus ingin dan berusaha untuk menyucikan dirinya dari segala jenis tingkah laku dan akhlaq yang dilarang oleh Al-Qur`an demi memperoleh keridhaan Allah. Manusia diciptakan cenderung untuk berbuat salah, namun Allah menyatakan dalam ayat terpisah bahwa Dia telah melengkapi jiwa manusia tidak hanya terbatas dengan dosa dan kejahatan, tetapi juga dengan cara-cara untuk menghindarinya. “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (asy-Syams [91]: 7-10).
8.      Berusaha Bersama-sama dan Melakukan Perbuatan Baik Terus-menerus. “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (al-Kahfi [18]: 46). Perbuatan tersebut juga merupakan tanda keikhlasan dan kesucian seseorang. Sebagian orang dapat melakukan perbuatan baik, tetapi bukan karena mereka takut kepada Allah, melainkan ingin mendapatkan kehormatan dan pujian di mata manusia. Sebagai contoh, seseorang yang mengirimkan barang-barang dan pakaiannya untuk orang-orang yang kehilangan tempat tinggal karena gempa bumi. Ia mungkin saja membantu tetangganya, atau bersikap baik, sayang, dan baik budi. Ia mungkin juga ramah, lembut, dan memahami karyawannya. Ia mungkin hormat dan penuh toleransi kepada orang yang lebih tua. Jika perlu, ia bisa saja mengorbankan dirinya, ikut serta dalam kegiatan kemanusiaan. Semua itu adalah perbuatan yang baik. Bagaimanapun juga, apa yang benar-benar penting adalah keteguhan dan kesabaran yang ditunjukkan saat melakukan perbuatan tersebut. Sepanjang hidupnya, setiap muslim yang telah menyucikan dirinya harus membantu siapa pun yang membutuhkan, tanpa memperhatikan pendapat orang lain tentang dirinya. Usaha-usaha yang dilakukan hanya untuk mendapatkan keridhaan Allah ini juga dilaksanakan untuk membuktikan tingkat keikhlasan mereka. Bagaimanapun juga, jika orang tersebut gagal membawa dirinya kepada ajaran moral yang disebutkan di atas dan untuk bersikap dalam sikap pengabdian dan pengorbanan diri yang sama, kesucian yang akan didapatnya saat melakukan perbuatan lain akan mudah hilang.
9.      Mengabdi dan Terus Berusaha Menjadi Orang yang Benar. Semua tingkah laku yang menjadikan Allah ridha dijelaskan secara rinci dalam banyak ayat Al-Qur`an. Banyak rincian tentang bagaimana berbuat adil dalam jual beli, tidak mengambil harta yang tidak halal, memberikan takaran dan timbangan yang tepat, dan sebagainya, telah dijelaskan di dalam Al-Qur`an. Ketika seseorang hidup dengan rasa takut kepada Allah dan melakukan perbuatan sesuai dengan ayat-ayat tersebut, ia melakukan jual beli untuk memenuhi keridhaan dan keikhlasan kepada Allah. Demikian pula, menahan diri dari perkataan kotor, tidak tinggal diam ketika orang lain menghina Al-Qur`an, dan berbicara dengan jujur dan bijaksana, semua itu adalah bagian dari akhlaq agung yang disebutkan di dalam Al-Qur`an. Karena itulah, seharusnya tidak ada seorang pun yang salah mengartikan bahwa agama hanyalah terdiri atas ritual-ritual agama dan bahwa keikhlasan hanya bisa didapatkan dengan melakukan ritual-ritual tersebut. 
10. Pandai Menguasai Diri, Ikhlas, dan Dapat Dipercaya. Seseorang yang secara konsisten berbuat ikhlas akan terlihat bersifat baik dan bersungguh-sungguh. Mereka yang hanya ingin mendapatkan keridhaan Allah dan tidak mencari balasan duniawi, tidak akan pernah menjadi orang yang palsu, penuh tipu daya, tidak ikhlas, dan tidak wajar. Ia bersikap baik, demikian pula perbuatan dan ucapannya. Hal ini karena ia tidak akan berusaha mempengaruhi orang lain atau terlalu ambisius. Ia akan cepat disukai dan membuat orang lain merasa nyaman dengannya. Karena ia hanya ingin mendapatkan keridhaan Allah, ia menyadari sepenuhnya bahwa sifat-sifat menipu yang dilakukan untuk mendapatkan pengaruh pada orang lain akan merusak ketulusan hatinya. Ia akan merasa nyaman dan damai karena mengetahui bahwa Allah adalah satu-satunya teman baik dan satu-satunya pelindung.

INFO PENDAFTARAN SANTRI BARU (PPDB) PESANTREN TEI MULTAZAM

INFO PENDAFTARAN SANTRI BARU PPDB PESANTREN TEI MULTAZAM  Tahun Pelajaran 2025/2026 Berikut link Info Pendaftaran Santri Baru Pesantren Tahf...