Sejarah Ghang Gaek
Biografi APA
(kami memanggil dengan sebutan APA)
1918 : lahir (APA wafat 1989 dalam
usia 71 tahun), Saudara seayah (kakak) ada 4 {(Lingkuang dan Wahauk (kayo, byk
cincin), induak ni Suni, niang norani, Wani ungku sutan ibuih), anake kambarulah,
Saudara Kandung ada 3 Ande Saraek (kakak), Apak Alai (adik)
1934 : mungkin karena
keterbatasan ekonomi, APA tidak bersekolah, dan sekitar umur 16 tahun diajak oleh
kakak seayah ke Ungku Mudo Sajik di Baringin, dan tinggal bersama disuraunya.
Belum dapat data berapa lama APA di Baringin
1934 : oleh Ungku Mudo Sajik
diantar ke Surau Koto Tuo (Inyiak Koto Tuo), beberapa tahun di Koto Tuo,
akhirnya Inyik Koto Tuo menyuruh utk pindakh ke Kiambang, karano dua alasan, pertama
agar Apak Alai tidak terlalu jauah ngantar perbekalan, alasan kedua,
krn kata Inyiak Koto Tuo bahwa di KIAMBANG tu NAN JANTAN e tu
Menurut perkiraan, akibat keterbatasan
ekonomi, APA pernah pergi tanpa pamit kepada Inyiak Kiambang, pergi ke
surau Ungku Saliah Pengka (di Darek).
Tapi itu hanya semalam, lalu kembali ke Kiambang. Dan diriwayatkan, bahwa saat
mengaji dengan Inyiak, berkatalah beliau “wahai Rukun (Muhammad Rukun,
nama APA), disaat engkau tidak disini,
tonggak itu (tempat Beliau bersandar saat mengaji) selalu memanggil, supaya
kembali kesini”
1945-1946 : perkiraan dilakukannya *penghormatan
kaji* (wisuda) untuk diberi gelar Tuangku Marajo. Lalu pulang kampung, dan menikah
dengan AMAK Januri. PERJUANGAN APA DIKAMPUANG SANGAT BERAT, beliau
bertani, Amak Januri menemani, bahkan jualan ke pasar dengan berjalan kaki.
Sejarah menyebutkan satu
keistimewaan APA, yaitu saat Inyiak Kiambang mau menunaikan Ibadah Haji (sekitar
1946), maka Inyiak berpesan kepada UNGKU KUNIANG JIRAN, Tanjuang Alai Simpang Koto
Bangko, (beliau kemudian jadi TUKANG GAMBUS). Inyiak BERPESAN bahwa Inyiak AKAN
BARANGKEK KA MAKKAH, TAPI pesan itu INDAK DISAMPAIKAN, oleh UNGKU JIRAN,
Tapi entah kenapa, ada gerakan
yang tidak dimengerti oleh APA, dan Beliau berangkat ke Kiambang (berjalan kaki
dari Sungai Lawai, Sungai Limau, Pariaman, Sungai Sariak, Gantiang, Simpang
Ampek, Simpang Tigo). Nah saat kecapek an, Beliau berdua istirahat (sekitar
depan Masjid Raya Sungai Asam), dan disitu bertemu dengan seorang Ibu, yang
bertanya, “Iko dari ma, ka pai ka ma? Nah dari ibu itu (kemudian menjadi
jama’ah yang rajin dan tekun di Surau Cubadak), dapat kabar bahwa Inyiak
Kiambang akan berangkat ke Makkah (menunaikan ibadah haji). Dengan rasa yang
tidak karuan APA langsung bergegas menuju kiambang, dan didapati Surau sudah
kosong, karena Inyiak sudah berngkat ke Padang (pelabuhan). Akan tetapi
disinilah sudah kelihatan keistimewaan APA, yaitu tiba-tiba cuaca kurang baik,
sehingga keberangkatan jamaáh haji ditunda.
Maka bertemulah APA dengan Inyiak
Kiambang. SAAT BERTEMU DIPADANG, oleh INYIAK DIPERCAYA untuk nungguin Surau
Kiambang, pesan Inyiak, “tolong jago sughau, unyian minggu (wirid) dan iko 4
UWAI TUANGKU, TINGGA lo DISUGHAU, ambo kiro-kiro 6 BULAN DI MAKKAH nyeh”. Nah
selama menunggu Surau Kiambang, APA memperlihatkan keyakinan, kejujuran, keahlian
dan keramah tamahan kepada semua Jama’ah, maupun kepada Uwai nan 4. Inilah mungkin
bekal (sebagai latihan) untuk menempati Surau Cubadak nantinya.
Sepulang dari Makah, akhirnya Inyiak Kiambang meminta APA untuk pindak ke Sungai Asam untuk menempati Surau Cubadak. Kata ceani Saadah (anak tertua APA dan Mak Januri, bahwa ”Apa sangat rajin membantu didapur, bikin rendang, bantu mangukue kambie, kalau punya anak kecil, selalu bantu biar tidak rewel dan nangis. Dilain hal, APA sangat yakin dengan ucapannya, contoh: Kata ceani dan Mak Uo, Apa sangat rajin membantu didapur, bikin rendang, bantu mangukue kambie, kalau beranak kecil, selalu bantu biar gak nangis. Istimewa APA lainnya, sebagai contoh: BAHWA AP: SELALU MERAIH APA YANG DIINGINKAN, Misal saat mau masak tidak ada beras, maka Beliau merenung dan tiba-tiba ada saja orang yang datang mengantar beras. Atau saat mau bikin gulai tidak ada kelapa, maka Beliau turun jalan-jalan ke sekiling surau, maka tiab-tiba akan jatuh kelapa dan Beliau akan berkata “alah tumah, ciek je jadih nyeh”
1950 : pulang sementara kerumah (sungai Talang) dan meminang Umi Januri (Sungai Lawai), kemudian atas perintah Inyiak Kiambang diminta untuk memimpin Surau Cubadak Sungai Asam. Dalam penelitian, Surau Cubadak sudah bertahan selama tiga periode kepemimpinan sampai sekarang. Didirikan oleh Tuanku Cubadak bersama dengan Jamaris Tuanku Kuniang Ampalu tahun 1920. Tuanku Cubadak merupakan penduduk asli Sungai Asam, sedangkan Jamaris Tuanku Kuniang Ampalu berasal dari Ampalu Tinggi yang beristri ke nagari Sungai Asam dan mendirikan surau yang didukung oleh masyarakat Sungai Asam. Sepeninggal Jamaris Tuanku Kuniang Ampalu tahun 1946 tidak ada lagi pimpinan yang meneruskan kegiatan belajar mengajar kitab. Masyarakat meminta Syekh Kiambang putra daerah nagari Sungai Asam yang mendirikan Surau Kimbang untuk kembali ke Surau Cubadak dan melanjutkan proses belajar mengajar kitab, tetapi karena Surau Kiambang yang didirikannya sedang berkembang dan mempunyai banyak pakiah (santri), Syekh mengutus Tuanku Marajo, seorang murid terbaiknya yang juga pernah menuntut ilmu di Surau Cubadak untuk menjadi Mufti (pimpinan) di Surau Cubadak. Tuanku Marajo tidak berasal dari Nagari Sungai Asam, ibu dan ayahnya berasal dari kampuang Dadok, Sungai Talang Sungai Garinggiang dari suku Chaniago, untuk bisa melebur kedalam masyarakat setempat Tuanku Marajo malakok (mengaku bersuku) ke suku Panyalai. Surau Cubadak pada awalnya adalah surau suku Panyalai. Pada perkembangan selanjutnya ditetapkan menjadi surau nagari karena sudah banyak mempunyai banyak anak pakiah (santri). Tuanku Marajo terkenal dengan orang yang konservatif dalam beragama. Menurut ulama ini, ulama yang mencampur-adukkan diri dengan politik adalah khianat pada tugas keulamaannya. Tuanku Marajo meninggal dunia tahun 1989, dan , kepemimpinan di Surau Cubadak dilanjutkan oleh anaknya Musyawir Tuanku Kuniang yang pengangkatannya merupakan kesepakatan para ulama dan tokoh masyarakat nagari Sungai Asam
munawar - 22 Ramadhan 1440 / 28 Mei 2019